Sabtu, 28 Januari 2012

Mane'e di Pulau Intata Kabupaten Kepulauan Talaud


Intata, sebuah nama yang terdengar asing. Tapi, potensi wisata dan perikanannya sungguh menjanjikan.Terhampar di kawasan kepulauan Talaud, Intata seperti kebanyakan pulau-pulau di wilayah perbatasan, seperti terasing di tengah gemuruh gelombang samudera Pasifik. 

Laporan: Axsel Galatang

DI Intata inilah setiap tahun digelar budaya Mane’e, yakni panen ikan yang diawali dengan upacara adat. Intata termasuk salah satu dari tiga pulau yang ada di  kawasan Kakorotang, Timur Laut Pulau Nanusa. Untuk mencapai Intata, pengunjung harus menempuh 7 jam perjalanan lewat laut dari Melonguane, ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Pagi itu, tepatnya Jumat (21/5), pekan lalu, ‘’keheningan’’ Intata mendadak terusik. KM Tatamailau --yang mengangkut kurang lebih 500-an rombongan dan panitia Hari Anti Narkotika Internasional (HANI)--  membuang sauh di perairan Kakorontang. Dari dek kapal milik PT Pelni itu, tampak panorama pagi di Intata yang menggoda. ‘’Luar biasa, ternyata potensi wisata  alam di kawasan perbatasan sungguh menakjubkan. Ini membutuhkan promosi agar ada investor yang mengolah surga nan menawan itu,’’ komentar Stevanus Budiyanto, salah satu anggota rombongan.
 Komentar pria asal Kediri, Jawa Timur itu sama dan sebangun dengan penilaian Brigjen Polisi Dr Benny Mamoto. Dalam perbincangan dengan Koran Ini di ruang eksekutif KM Tatamailau, Kamis malam (20/5), Mamoto menilai kawasan perbatasan utara Indonesia sudah saatnya mendapat perhatian serius. ‘’Selama ini kita hanya datang satu-dua jam, memberikan pidato kemudian meninggalkan penduduk kawasan perbatasan dengan selusin janji. Sikap seperti ini harus diubah dengan pola pendekatan yang secara langsung  melibatkan dan dirasakan oleh warga di perbatasan,’’ katanya.
Saat matahari mulai naik, satu persatu rombongan turun dari KM Tatamailau berpindah ke perahu-perahu kecil untuk selanjutnya menuju Intata. Sekitar 300 meter dari laut, mata langsung  tertumbuk pada bentangan pantai berpasir putih dari perairan yang bening. Begitu perahu-perahu kecil itu nyaris menyentuh bibir pantai, sejumlah anggota rombongan langsung menceburkan diri ke air laut. ‘’Mandi di laut Intata, saya jadi teringat pantai Kuta Bali. Bahkan, pasir pantainya di Intata jauh lebih halus,’’ kenang Ayu Walansendouw, salah satu anggota rombongan. 
Beberapa tokoh masyarakat Talaud yang ikut dalam rombongan HANI mengakui, terlalu banyak kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi wisata dan perikanan di Intata. ‘’Transportasi, misalnya. Di sini cukup mahal karena minyak mahal. Makanya, perlu dibangun bungker minyak di kawasan Kepulauan Talaud,’’ pinta Drs Nelson Sarinda. Betapa pun aneka keterbatasan sarana dan prasarana yang membelit, Intata tetaplah salah satu ‘’surga Indonesia’’ yang berhak menuntut atensi dan sentuhan dari pemerintah pusat. ‘’Maksudnya, agar masyarakat di wilayah perbatasan, termasuk di Intata benar-benar merasa bagian dari repoblik Merah Putih,’’ sabda Donald Bentian, mahasiswa berdarah Talaud. (*)

0 komentar: